Apakah anak Anda cerdas? Ya? Tidak? Bingung? Kira-kira acuan apa
yang Anda gunakan untuk menjawabnya? Sebagian besar orangtua biasanya akan
menggunakan nilai rapor sebagai acuan kecerdasan anak. Anak-anak yang
memperoleh ranking, pandai berhitung dan kuat menghafal cenderung
dikategorikan cerdas.
Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ranking? Bagaimana
dengan anak-anak perkampungan bali yang sangat mahir melukis dam menari,
tetapi mungkin tidak tahu perkalian? Bagaimana pula dengan para pelaut
zaman
dahulu yang mengarungi samudera hanya dengan mengandalkan konstelasi
bintang
di langit? Apakah mereka juga
dapat dikategorikan cerdas.
Berkaitan dengan kecerdasan, Howard Gardner,
dalam bukunya Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), membagi kecerdasan
anak dalam spektrum yang cukup luas.
1.
Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka
Memuat kemampuan seorang anak berpikir secara
induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika dan
menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan
berpikir.
Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Mereka menyenangi cara berpikir yang konseptual,
misalnya menyusun hipotesis, mengategori, dan mengklasifikasi apa yang
dihadapinya. Anak-anak ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Bila kurang memahami, mereka cenderung bertanya
dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Anak-anak yang cerdas
angka juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berpikir aktif
seperti catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya mereka cenderung
menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi insinyur,
ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan
angka.
2.
Kecerdasan bahasa atau cerdas kata
Memuat kemampuan seorang anak untuk menggunakan
bahasa dan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk
yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Anak-anak dengan kemampuan
bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang
berkaitan dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata
mutiara.
Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang
kuat akan nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya
detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan
verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, anak-anak ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Pada saat dewasa biasanya mereka akan menjadi presenter, pengarang, penyair,
wartawan, penerjemah, dan profesi-profesi lain yang banyak melibatkan bahasa
dan kata-kata.
3. Kecerdasan musikal atau cerdas musik
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada
dan irama. Anak-anak ini senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang
indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset,
menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah
mengingat sesuatu dengan musik. Saat dewasa mereka dapat menjadi penyanyi,
pemain musik, komposer pencipta lagu, dan bidang-bidang lain yang berhubungan
dengan musik.
4.
Kecerdasan visual spasial atau cerdas gambar
Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami
secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini
memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau
menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan
menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan
dengan seni visual.
5. Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak
Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul
dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang,
basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada
mereka yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.
6.
Kecerdasan inter personal atau cerdas teman
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang
lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu
menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, termasuk berkemampuan
memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh
simpati dari anak yang lain. Setelah dewasa mereka dapat menjadi aktivis dalam
organisasi, public relation, pemimpin, manajer, direktur, bahkan menteri atau
presiden.
7.
Kecerdasan intra personal atau cerdas diri
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
perasaan dirinya sendiri. Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau
kelemahan dirinya sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan
maupun kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian,
merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka akan
menjadi ahli filsafat, penyair, atau seniman.
8.
Kecerdasan naturalis atau cerdas alam
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam terbuka seperti
cagar alam, gunung, pantai, dan hutan. Mereka cenderung suka mengobservasi
lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, flora dan fauna, bahkan
benda-benda di ruang angkasa. Saat dewasa mereka dapat menjadi pecinta alam,
pecinta lingkungan, ahli geologi, ahli astronomi, penyayang binatang, dan
aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.
Dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan
Ganda) ini, Howard Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang
konvensional mengenai kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas
pada hasil tes intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari
prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah
belaka.
Anak-anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh
dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk
itu. Oleh karena itu diperlukan kesungguhan dari orang tua dan pendidik untuk
secara tekun dan rendah hati mengamati dan memahami potensi anak atau murid
dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, dan menghargai seriap bentuk
kecerdasan yang berlainan.
Nah, termasuk kategori yang mana kecerdasan kawan waktu kecil dahulu atau kecerdasan putra-putri kawan? Ataukah
kecerdasan kita termasuk perpaduan dari dua atau lebih dari tipe kecerdasan
yang ada?
Memang kebanyakan seorang anak dipandang pintar hanya dilihat secara akademik saja, padahal kelebihan dan kecerdasan itu tidak hanya secara akademik saja. Dari artikel Anda ini, kita bisa menilai seorang anak itu memiliki kecerdasan dalam hal apa dan diharapkan kecerdasan yang dimilikinya dikembangkan dan mendapat dukungan dari lingkungan di sekitarnya. Bukan begitu?????
BalasHapusyaa.. begitulah seorang pendidik seharusnya menilai anak didik yang kita didik. kita tdk boleh hanya menilai dari sisi satu keilmuan saja. memang di negara kita untuk anak yang cerdas dalam hal MATAMATIKA, IPA sangat di unggulkan dan di wah wah kan apalagi penunjang untuk anak seperti ini sangat di tunjang seperti banyak nya lomba-lomba dan karya ilmiah. namun jika kita bertindak bijak, kita sebagai pendidik juga harus memberi sarana penunjang ataupun kesempatan untuk anak yang berkecerdasan berbeda.. toh di zaman sekarang banyak lomba-lomba non akademik.. iya kan.. :)
BalasHapus